Kamis, 24 November 2022

Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Pengembangan Kultur Islam Nusantara

 PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN KULTUR ISLAM NUSANTARA



 Oleh : Sunarto Dosen PAI FTK IAIN Raden Intan Abstrac Islamic Shari'a in the life of the state provide clear guidance in addressing the infidels (non-Muslims) and be fair to them according to sharia scales so that the Muslims are also protected from bad influences them. Among the provisions of Islam on infidels are as follows Islam does not compel a heathen was to convert to Islam. Therefore, in the future reign of the first four caliphs of Islam, the unbelievers who live under his rule remains protected his blood, even though they still choose his religion other than Islam. As for the fight is not solely due to choose a religion other than Islam. They fought because of hostility and their opposition to Islam. In Islam there are four kinds of infidels, and each get a different treatment, namely: Kafir dhimmi, mu'ahad Kafir, Kafir musta'man, Kafir harbi. Islamic Studies (Islamic studies) is a discipline / study that puts Islam not only in the context of theological normative (doctrinal), but also puts Islam as part of the historical and actual phenomena (empirical). That means, Islam is not only understood or analyzed from a normative dimension but also a theological-historical and actual dimensions. For that, the study approach used likewise vary in accordance with Characteristics of Islam itself. Keywords: boarding school, culture and Islam Nusantara Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 35 A. Pendahuluan Perkembangan globalisasi abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pendidikan yang komprehensif. Perkembangan masyarakat menghendaki adanya pembinaan Islam dilakukan secara seimbang antara tingkah nilai dan akhlak, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi, dan sikap terhadap lingkungan (culture), dengan kata lain antara Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Iman dan Takwa harus seimbang dimiliki oleh anak sekarang.(Nasir, 2005:1) Globalisasi budaya Islam merupakan lintas batas yang menerobos dinding geografis, kebangsaan, kebudayaan bahkan peradapan bangsa-bangsa sehingga budaya sebagai muatan globalisasi, tidak dapat dicegah lagi oleh Negara dan masyarakat dunia manapun tetapi tanpa meninggalkan kultur lokal. Globalisasi sendiri mempunyai dampak negatif antara lain (1) Dapat melunturkan identitas suatu bangsa, (2)kurang kesadaran atas wawasan nusantara, dan kurangnya eksis terhadap budaya etnik.(Gafar, 2009:23) Dampak negativ tersebut perlu diantisipasi secara aktif dan efektif karena dapat melahirkan ancaman terhadap culture lokal dan pendidikan lokal karena secara personal maupun institusional pendidikan sehingga tepat jika dampak tersebut disaring menggunakan konsep Islam Nusantara. B. Pembahasan 1. Pengertian Pondok Pesantren ,VWLODK ³3RQGRN¥ GL DPELO GDUL SHQJHUWLDQ EDKDVD DUDE \DLWX ³IXQGXT¥ \DQJ EHUDUWL hotel asrama. Istilah lain yaitu disebut rumah yang kurang baik, biasanya berdinding dan beratap rumbia dan sebagainya, dibuat berpetak-petak untuk tempat tinggal.(dhofier, 1985:23) Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan keagamaan islam yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Pondok pesantren termasuk kedalam jalur pendidikan luar sekolah (non formal) yang di dalamnya terdapat seorang kyai atau pendidik para santri dengan sarana masjid atau gotak-gotakan yang digunakan sebagai tempat tinggal para santri. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan islam dengan N\DL VHEDJDL WRNRK VHQWUDOQ\D GDQ PDVMLG VHEDJDL SXVDW OHPEDJD ,VWLODK ³SHVDQWUHQ¥ Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 36 GLVHEXW MXJD VHEDJDL ³VXUDX¥ GL PLQDQJ NDEDX ³SHVDQWUHQ¥ GL 0DGXUD ³SRQGRN¥ GL -DZD%DUDWGDQ³5DQJNHQJ¥GL$FHK(Raharjo, 1974:82) ,VWLODK SHQJHUWLDQ ³ SHVDQWUHQ¥ GLDQJNDW GDUL NDWD ³VDQWUL¥ \DQJ PHPSHUROHK DZDODQ ³SH¥ GDQ DNKLUDQ ³DQ¥ \DQJ EHUDUWL WHPSDW WLQJJDO SDUD VDQWUL pengertian Pondok Pesantren dimaksud adalah suatu lembaga pendidikan islam yang didalamnya terdapat seorang kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut serta di dukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. ( Poerwardaminta,1984:735) Perkembangan globalisasi perlu dipersiapkan secara keilmuan mendalam kelembagaan pendidikan pondok pesantren pada umumnya. Pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Agama yang spesifik di Indonesia. Semula pondok pesantren lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, yakni sebuah sarana Dakwah yang menyosialisasikan Islam yang bersifat damai dan sopan kepada masyarakat sehingga Islam di Nusantara dapat diterima oleh semua golongan bahkan orang non muslim di berbagai tempat.(Ziemek,1986:7) Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang menempatkan sosok kiai sebagai tokoh sentral dan masjid sebagai pusat lembaganya. Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia dan sekaligus bagian dari warisan budaya bangsa (indigenous culture). Maka, bukanlah kebetulan jika pesantren masih dapat bertahan hingga saat ini. Secara historis pondok pesantren telah ada di Nusantara sejak 300 ± 400 tahun dan telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim Indonesia sampai sekarang. Keberadaanya juga memiliki peranan sebagai salah satu benteng perlawanan terhadap kolonialisme, terorisme, feodalisme dan paham yang beraliran keras yang ada di NKRI. (Raharjo,1995:87) Fungsi pesantren menjadi penyumbang pemikiran konstruktif dalam pembangunan revolusi mental bangsa serta memberikan peluang yang untuk mentransformasikan dan mempribumisasi nilai-nilai Islam yang universal yang rahmatan lil alamiin ke dalam aktualisasi kehidupan nyata di Nusantara. Pesantren memiliki peran yang multidimensional; pendidikan, keagamaan mempribumisasi nilainilai Islam, pengembangan, penyadaran dan penguatan civil society. Menyelesaikan persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan dengan perspektif Islam yang toleran dan Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 37 bebas intimidasi. Pesantren menjadikan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang berbasis komunitas lokal dengan kualitas global/internasional.(Zarkasyi,1998:101-171) Dalam prinsip Islam Nusantara bisa menjadi sarana muslim lokal untuk berdakwah secara kaffah. Sebab, syariat yang diterapkan dalam Islam Nusantara bersifat luwes dan mengalir sesuai konteks masyarakat. Dalam konteks itu Islam bisa mengikuti adat budaya lokal, namun bukan mengganti doktrinnya. Inilah yang menjadi sumbangan penting untuk kedaulatan NKRI. 2. Visi Misi Pondok Pesantren Dengan menyandarkan diri kepada Allah, para kyai , memulai pendidikan pesantrenya dengan modal niat ikhlas dakwah untuk menegakkan kalimat-Nya, didukung dengan sarana prasarana sederhana dan terbatas. Inilah ciri pesantren, tidak tergantung kepada sponsor dalam melaksanakan visi dan misinya. Memang sering kita jumpai dalam jumlah kecil pesantren tradisional dengan sarana prasarana yang megah, namun para kyai dan santrinya tetap mencerminkan prilaku-prilaku sederhana kesederhanaan. Akan tetapi sebagian besar pesantren tradisional tampil dengan sarana dan prasarana sederhana. Keterbatasan sarana dan prasarana ini, ternyata tidak menyurutkan para kyai dan santrinya untuk melaksanakan program-program pesantren yang telah dicanangkan. Mereka seakan sepakat bahwa pesantren adalah tempat untuk melatih (Riyadhoh) dengan penuh keprihatinan. Releven dengan jiwa kesederhanaan diatas, maka tujuan pendidikan pesantren adalah¥0HQFLSWDNDQGDQPHQJHPEDQJkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, sebagai pelayan masyarakat, mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan agama islam dan kejayaan umat islam ditengah-tengah masyarakat (Izzul Islam Wal Muslimin), dan mencintai ilmu dalam rangka PHQJHPEDQJNDQNHSULEDGLDQ,QGRVHVLD¥ Setidaknya ada dua belas prinsip yang melekat pada pendidikan pesantren yaitu : a. Teosentrik b. Ikhlas dalam pegabdian c. Kearifan d. Kesederhanaan (bukan berarti miskin) e. .ROHNWLILWDV EDUDNDWXO-DPD¶DK f. Mengatur kegiatan bersama g. Kebebasan terpimpin Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 38 h. Kemandirian i. Tempat menuntut ilmu dan mengabdi (WKDODQXOµLOPL/LOµLEDGDK j. Mengamalkan ajaran agama k. Belajar dipesantren untuk mencari sertifikat/ijazah saja l. Kepatuhan terhadap kyai 3. Elemen-elemen Pondok Pesantren Pesantren adalah sebuah kehidupan unik seperti gambaran lahiriyahnya. Pesantren adalah sebuah komplek dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitar, dalam kelompok itu terdiri dari beberapa bangunan, surau atau masjid, tempat pengajian dan tempat tinggal santri. Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa elemen dasar yang selalu ada didalamnya. Unsur-unsur system pendidikan pesantren dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Aktor atau pelaku : Ustadz, santri dan pengurus b. Sarana dan prasarana : Masjid, rumah kyai, asrama ustadz, pondok atau asrama santri, gedung sekolah atau madrasah, tanah untuk olah raga, pertanian atau perternakan, empang, makam dan lain sebagainya. c. Sarana perangkat lunak : tujuan kurikulum, kitab, penilaian tata tertib, perpustakaan, pusat dokumentasi atau penerangan, cara pengajaran (sorogan dan bandingan) dan alat-alat pendidikan lainnya.(Mastuhu,1994:58) Sistem pendidikan pesantren harus meliputi infrastruktur maupun suprastruktur penunjang. Infrastruktur dapat meliputi perangkat lunak (software), seperti kurikulum, metode pembelajaran dan perangkat keras ( hardwere), seperti bangunan pondok, masjid sarana prasarana belajar (laboratorium computer, lab bahasa, perpustakaan, dan tempat praktikum lainya). Sedangkan suprastruktur pesantren meliputi : yayasan, kyai, santri, Ustadz, pengasuh dan para pembantu kyai dan ustadz.(Muhamad,1995:299) Ada beberapa ciri yang secara umum dimiliki oleh Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosial yang secara informal itu terlibat dalam pengembangan masyarakat pada umumnya. Pondok Pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat.(Ghazali,2001:13) Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 39 Sebuah lembaga pendidikan dapat disebut Pondok Pesantren apabila dialamnya terdapat lima unsur, yaitu : a. Kyai b. Santri c. Pengajian d. Asrama, dan e. Masjid sdan segala aktifitas pendidikan keagamaan dan kemasyarakatan Persamaan lain yang terdapat dalam Pondok Pesantren adalah bahwa semua Pondok Pesantren melaksanakan tiga fungsi kegiatan yang dikenal denagn tridarma Pondok Pesantren, yaitu : a. Hubungan yang dekat antara kyai dan santri b. Ketaatan santri yang tinggi kepada kyai c. Hidup hemat dan sederhana d. Tingginya semangat kemandirian para santri e. Berkembangnya suasana persaudaraan dan tolong menolong tertanamnya sikap istiqomah. 4. Konsep Islam Nusantara Istilah Islam nusantra memiliki kesamaan dengan gagasan Pribumisasi Islam yang di lahirkan oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di masa hidupnya. Hanya berbeda dari segi penamaan Istilahnya, secara konsep masih sama dengan pribumisasi Islam. Sesungguhnya Islam nusantara identik dengan Islam Indonesia. Bukannya Islam di tempat lain tidak seperti ini, akan tetapi sebagai konsep sosiologis, Islam nusantara memang dicetuskan oleh para tokoh Islam Indonesia yang memang menghendaki agar Islam memiliki peran sebagai Agama yang di dalam praksisnya bisa menjadi wajah Islam yang menyeluruh khas NU. Islam secara tekstual memang menghendaki agar para pemeluknya menerapkan kehidupan yang toleran dan bebas intimidasi. Kemudian teks tersebut mengejawantah di dalam kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang dan juga mengedepankan kerukunan, keharmonisan dan keselamatan.(Amarudin,2008:43) Sebagai agama yang mengusung keramahan dan kerahmatan bagi semua, bisa mengikuti adat budaya lokal, namun bukan mengganti doktrinnya, maka tantangannya juga tidak sedikit. Dua di antara tantangan yang utama adalah liberalisme dan Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 40 radikalisme. Jika tidak dilakukan antisipasi terhadap keduanya, maka dikhawatirkan bahwa ke depan akan terjadi kekerasan demi kekerasan atas nama agama.(Munawar,2005:67) Liberalisme dan radikalisme merupakan dua wajah yang sangat berbeda dengan corak ideologis yang berbeda pula. Keduanya adalah ideologi cangkokan dengan nalar yang sangat bertolak belakang. Liberalisme bersumber dari pemikiran barat yang positivistik materialistik, sedangkan radikalisme adalah anti tesis liberalisme, yang bersumber dari ajaran agama-agama yang bercorak ekstrim. Keduanya terdapat proses saling merespon. Adakalanya liberalisne adalah respon terhadap radikalisme dan ada kalanya radikalisme adalah respon tethadap liberalisme yang terus berkembang. Dalam kasus liberalisme di Indonesia, maka ia lahir karena semakin menguatnya gerakan radikalisme yang sudah merambah kekuasaan. Makanya kemudian muncullah gerakan liberalisme yang dalam banyak hal diikuti oleh anak-anak muda. Liberalisme memang di dalam kenyataannya lebih berkonsentrasi kepada pemikiran atau menjadi gerakan pemikiran. Mereka bergerak di dalam wacana-wacana tentang pembaharuan pemikiran keislaman. Mereka ingin menyajikan tafsiran baru tentang ajaran agamanya. Sayangnya bahwa tafsirannya yang jauh dari makna teks dan cenderung menggunakan logika dari pada metodologi tafsir para ulama terdahulu, maka kemudian dianggap menyimpang. Gerakan liberalisme bukanlah gerakan ideologi akan tetapi hanyalah sebuah metodologi berpikir yang tidak lazim dan nyentrik untuk mengaduk-aduk kemapanan tafsiran agama yang selama ini sudah dianggap mapan. Di sisi lain yang lebih mengkhawatirkan adalah gerakan radikalisme, sebab gerakan ini mengandung prinsip ideologis yang harus diperjuangkannya. Prinsip ideologis tersebut adalah terbentuknya negara agama atau negara Islam. Meskipun bajunya bermacam-macam, akan tetapi tetap saja targetnya adalah berdirinya dawlah Islamiyah. Jika dibandingkan dengan gerakan liberalisme agama, maka tantangan kaum radikal tentu jauh lebih kuat sebab secara kenyataan bahwa ada idieologi negara yang diperjuangkannya. Dengan demikian, dari sisi kenegaraan, maka ideologi radikal jauh lebih membahayakan posisi NKRI. Agar ke depan kita ingin kejayaan Indonesia terlaksana, maka mau tidak mau harus melakukan pemetaan secara mendasar tentang Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 41 tantangan Indonesia dan Islam moderatnya ini. Oleh karena itu keterlibatan seluruh komponen bangsa untuk menjaga komitmen tentang NKRI harus tetap dikedepankan. Gagasan tentang Islam nusantara kembali memperoleh momentum untuk dibicarakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama dalaP WHPD ³3HQXOLVDQ ,VODP 1XVDQWDUD Perbincangan tentang Islam nusantara tentu saja merupakan tema yang sudah sangat hangat untuk diperbincangkan, namun ketika dikaji ternyata memiliki sejumlah cakupan yang luas. Islam nusantara memang konsep yang sangat abstrak seolah-olah berbeda GHQJDQ ,VODP UDKPDWDQ OLO µDODPLQ SDGDKDO VHFDUD VXEWDQVL PHPLOLNL NHVDPDDQ \DQJ mendasar, berangkat dari teks ayat: ß™©°® | ⁄‹°-Q õ\»⁄ °L < RW+’S\q ÄYØ |^õR<⁄ \y×qU W%XT Artinya Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(Q.S Al-Anbiya :107) Islam sebagaimana teksnya memang untuk kerahmatan bagi seluruh alam, bukan hanya keselamatan bagi manusia tetapi juga untuk alam lainnya. Yang diselamatkan adalah hablum minallah, hablum minan nas dan juga hablum minal alam. Keselamatan manusia tidak ada artinya jika alam tidak dalam keselamatan. Makanya Islam yang menyelamatkan adalah Islam yang memberikan keselamatan bagi semuanya. Konsep Islam nusantara dimunculkan sebagai sumbangan penting untuk kedaulatan NKRI karena kecenderungan akhir-akhir ini tentang fenomena radikalisme yang semakin menguat. Serta banyaknya konflik yang terjadi, terutama di kawasan Timur Tengah, menurut Centre for Religious Freedom, sebuah lembaga yang menekuni bidang kebebasan beragama di Amerika Serikat, mengeluarkan hasil penelitian tentang kurikulum dan buku-buku yang diajarkan di sekolah-sekolah di Negara-negara Timur tengah. Salah satu temuan penting penelitian itu adalah bahwa kurikulum dan bukubuku Islam yang diajarkan sekolah-sekolah di Timur tengah penuh dengan kebencian dan permusuhan terhadap agama Yahudi, Kristen, dan kaum Muslim yang tak sepaham dengan ajaran yang di anut oleh penguasa. Akan tetapi, Cynthia P. Schneider, Guru Besar Luar Biasa dalam Praktik Diplomasi Georgetown University dan Peneliti Lepas di Brookings Institution tentang Suara Moderat Dunia Arab, dinyatakan bahwa di dunia Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 42 Arab sebenarnya sedang terjadi usaha-usaha dari penulis-penulis di sana tentang bagaimana mendorong toleransi, Islam yang terbuka dan moderat. Hanya sayangnya bahwa tulisan tersebut tidak bisa diakses oleh orang Arab sebab tulisan-tulisan tersebut tidak didapati di toko di Mesir melalui cerita tentang orang-orang kecil. Diceritakan juga bahwa Polisi di dunia Timur Tengah sangat keras menghadapi buku-buku yang dianggap berhaluan moderat atau toleran. Buku-buku yang diperbolehkan beredar hanyalah buku-buku yang sesuai dengan mainstream pemikiran keagamaan yang ada di sana. Sehingga polisi Mesir melakukan razia di toko-toko buku untuk memastikan bahwa Buku The Modern Sheikh and the Industry of Religious Extremism¥ \DQJ EHULVL WHQWDQJ SHQWLQJQ\D SHPHULQWDK untuk memainkan peran otoritatif terhadap isu lingkungan, korupsi, gender atau hak-hak perempuan tidak dipasarkan di dalamnya.(Nashi,2012) Situasi seperti ini juga didapati di Indonesia akhir-akhir ini, misalnya banyak pemuda yang bergabung pada ISIS, juga sweeping terhadap karaoke, bar dan sebagainya. Bahkan juga pembakaran terhadap masjid Ahmadiyah, pengusiran warga Ahmadiyah, pengusiran kaum minoritas di sampang dan sebagainya. Atas nama agama mereka melakukan tindakan anarkhis yang bisa membahayakan kesatuan dan persatuan bangsa. Di tengah gerakan Islam keras, seperti ini, maka langkah untuk melakukan kajian yang mengedepankan ajaran Islam yang toleran dan bebas intimidasi menjadi sangat strategis. Oleh karena itu, peran pondok pesantren diharapkan akan menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan keagamaan yang komprehensif dan lapang dalam mengembangkan kultur Islam Nusantara. Santri dihasilkan oleh pondok pesantren adalah manusia yang mengembangkan pola hubungan antar manusia dengan kultur Islam yang: Pluralis, Humanis, Dialogis dan Toleran serta mengembangkan pemanfaatan dan pengelolaan alam dengan rasa cinta kasih. Pluralis dalam arti memiliki relasi tanpa memandang suku, bangsa, agama, ras ataupun titik lainnya yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Humanis dalam arti menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menghargai manusia sebagai manusia. Dialogis dalam arti semua persolan yang muncul sebagai akibat interaksi Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 43 sosial didiskusikan secara baik dan akomodatif terhadap beragam pemikiran.(Rahardjo,1999:267) Dan toleran dalam arti memberi kesempatan kepada yang lain untuk melakukan sebagaimana yang diyakininya, dengan penuh rasa damai. Dengan demikian, yang dikembangkan oleh pondok pesantren ke depan adalah bangunan Islam Nusantara yang berwajah menyelamatkan relasi antar manusia dan relasi antar manusia dengan alam, sebagai perwujudan Islam bersifat luwes dan mengalir sesuai konteks masyarakat. Sehingga menjadi manusia yang berilmu dan beragama serta memiliki nilai sosial. Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah SWT sebagai berikut : r\-õW*XjŸXT rQ×m£ Ÿ s™kØXT ; =õ_Å’OØ ©¤ŸœWØöXSŸØXT > ãŸk[â û°OØ SÅØn’ì…# ÅYXT ã  T¿i»’ÃXT W%XT ©#kØ ÇÅ ©¤Ÿ”XT ™  =\HŸØ ™ °OÉ °XT ™ ƒ<£HŸ ÆqSIŸXT rQ×m£ Ÿ s°l ÆqSIŸXT ©¤‹¶õ_Å\-ŸXT ߨخ òqSƒbVŸ < YW)Ÿc…& WDÅ CW% p °VÅf ÅY ã  â DØ  ×1Ń=õ\-ÿcU ’0VQ W% Artinya Dan Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersatukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S An-Nisa : 36) (DEPAK,2000:267). Keberadaan pesantren di Nusantara khususnya kemunculannya di Jawa tidak dapat dipisahkan dari pengaruh Walisongo abad 15-16. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik Indonesia. Walisongo adalah tokoh tokoh penyebar Islam di Jawa abad 15-16 yang telah berhasil mengkombinasikan aspek-aspek sekuler dan spiritual dalam memperkenalkan Islam pesantren di Indonesia ini dalam mengembangkan pendidikan kepesantrenannya berkiblat pada walisongo.(Mutahar,2013:180) Pesantren merupakan sarana wali songo untuk berdakwah.Serta menjadikan syariat yang diterapkan dalam di Nusantara bersifat luwes dan mengalir sesuai konteks masyarakat tanpa membuat konflik yang bersifat damai dan sopan kepada masyarakat sehingga Islam mudah diterima oleh berbagai etnis, suku ras bahkan agama lain, dari dulu sekarang sesuai dengan Konsep Islam Nusantara. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 44 Pesantren dapat melakukan percepatan pembangunan kualitas sumberdaya manusia tanpa kehilangan nilai- nilai spiritualitasnya. Keunggulan pesantren terletak pada perinsip memanusiakan manusia dalam proses pembelajaranya dan menggabungkan tri pusat pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat) dalam lingkunganya agar dapat mencetak para santri yang memiliki karakter kuat baik sisi keilmuan agama umum maupun prilaku sehari-hari.(Dacholfany,2014:8) Pembangunan kualitas pendidikan pondok pesantren merupakan kebutuhan bagi masyarakat dengan tiga alasan mendasar yaitu: (1) pendidikan melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamis, (2) Inovasi pendidikan akibat perkembangan sains dan teknologi dan (3) tuntutan globalisasi yang meleburkan sekat-sekat agama,budaya bahkan falsafat bangsa.(Langgulung,2002:76) Semangat ini selaras dengan firman Allah pada Q.S An-Nahl, 30 yaitu : Xkÿ5 r i ÆP™kõ\F rؤ Sƒ=_Å’OU | ⁄œ° ä °L   < n×m\\ SÅV  ×1Å{ Xq W$Ws5U VlW% ×SV â " W¤œ° ä ° Å#j°XT ߨ©® W¤‹™ é *¿-Ÿ Ãq\j ]1ÿ»°=VXT  ¸ n×m\\ ÆQWm¶\)[ ÃqWVXT  ¸ RX=_Å\O Artinya Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,( Q.S An-Nahl: 30) 5. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren Pelaksanaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia. Dalam prakteknya, masyarakat ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ini, tidak hanya dari segi materi dan moril, namun ikut serta memberikan sumbangsih yang signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini dengan munculnya berbagai lembaga atau keguruan swasta yang merupakan bentuk dari penyelenggaraan pendidikan masyarakat. Perguruan atau lembaga swasta itu dapat berbentuk jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, sebagaimana disebutkan dalam undang-undang RI No.20 Th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.(DEPAK,2003:1) Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 45 Pondok pesantren dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling mempengaruhi. Sebagian besar pesantren berkembang dari adanya dukungan masyarakat, secara sederhana muncul dan berdirinya pesantren merupakan inisiatif masyarkat baik secara individu maupun kolektif. Begitu pula sebaliknya perubahan social dalam masyarakat merupakan dinamika kegiatan dinamika dalam pondok pesantren dalam pendidikan dan masyarakat. Dengan demikian pondok pesantren berubah tampil sebagai lembaga pendidikan yang bergerak dibidang pendidikan dan sosial. Bahkan lebih jauh dari pada itu pesantren menjadi konsep pendidikan sosial masyarakat muslim di kota dan di pedesaan. C. Kesimpulan Istilah Islam nusantra memiliki kesamaan dengan gagasan Pribumisasi Islam yang di lahirkan oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di masa hidupnya. Hanya berbeda dari segi penamaan Istilahnya, secara konsep masih sama dengan pribumisasi Islam. Sesungguhnya Islam nusantara identik dengan Islam Indonesia. Bukannya Islam di tempat lain tidak seperti ini, akan tetapi sebagai konsep sosiologis, Islam nusantara memang dicetuskan oleh para tokoh Islam Indonesia yang memang menghendaki agar Islam memiliki peran sebagai Agama yang di dalam praksisnya bisa menjadi wajah Islam yang menyeluruh. Islam secara tekstual memang menghendaki agar para pemeluknya menerapkan kehidupan yang toleran dan bebas intimidasi. Sebagai agama yang mengusung keramahan dan kerahmatan bagi semua, bisa mengikuti adat budaya lokal, namun bukan mengganti doktrinnya, maka tantangannya juga tidak sedikit. Dua di antara tantangan yang utama adalah liberalisme dan radikalisme. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, November 2015 P. ISSN: 20869118 46 DAFTAR PUSTAKA $EGXOODK1DVKLKµ8OZDQ   Tarbiayatul Aulad Fil Islam. Solo: Insan Kamil. Adi Sasono, Didin Hafiduddin, AM. Saefuddin, dkk. 1998. Solusi Islam atas Problematika Umat. Jakarta; Gema Insani Pers. Ahmad Mutahar, Nurul Anam. (2013). Manifesto Moderenisasi Pendidikan Islam & Pesantren .Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Amirudin, dkk. (2008). Pendidikan Aswaja dan Ke-Nu-an. Lampung :LPM NU. Dawam Raharjo.(1994). Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta; LP3ES. Departemen Agama. (2000). Al-4XU¶an dan Terjemahanya. Jakarta. Hasan langgulung. (2002). Asa-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : Al-Husna. Lampung Post. (2014). Pendidikan Pesantren bangun Karakter. Rabu 18 juni 2014 M. Dawan Rahardjo. (1999). Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. M. Ihsan Dacholfany. (2014). Pendidikan Karakter Belajar Ala Pesantren Gontor Depok; Wafimediatama. Manfred Ziemek. (1986). Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta; P3M. Mohammad Fakry Gaffar. (2009). Internasionalisasi Program Pendidikan Guru dalam Hukum Manajemen Corporate dan Strategi pemasaran Jasa Pendidikan. Jakarta; Alfabeta Bandung. Nana Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda. Ridlwan Nasir. (2005). Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Said Agil Husin Al Munawar. (2005). Aktualisasi Nilai-QLODL 4XU¶DQL GDODP 6LVWHP Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Satori. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

0 komentar:

Posting Komentar